Senin, 19 Juli 2010

SMS itu ...

Seorang pemuda memandang layar datar, LCD komputer. berselancar ke dunia maya siang dan malam. tak kenal hangatnya mentari, tak tahu dinginnya malam. yang dia mengerti hanya browsing, facebook, kaskus, dan dunia maya lainnya.

Suara tak tik tek keyboard ...

Ketik kanan ketik kiri ...

#######

Di sudut sana, nan jauh di mata.

Seorang ibu berparas ayu pada mudanya. Dia sedang mengupas bawang, memotong daging, mengoreng, mengangkat nasi, ada sebercak arang hitam menempel di wajahnya.

Di tepi jalan, seorang bapak berbadan besar, namun nampak dari rambutnya telah beruban. dia mengangkat tabung gas berwarna ijo muda, menurunkannya dari mobil untuk diletakkan di dalam gudang. sesaat dia menarik napas. lalu melanjutkan pekerjaannya.

#######

Suatu hari sang pemuda mendapat sms dari adik tersayang. Sms itu dikirim lewat HP, berbunyi:

"Mas, mama dan bapak menanyakan dirimu selalu. Mereka berharap kamu cepat lulus dan kembali ke rumah, karena mereka rindu berat ke kamu."

Pemuda itu, diam sejenak saat malam gelap gulita. Tak ada suara terdengar malam itu.
Hatinya bergetar. Matanya mengeluarkan 'aliran air sungai'. hiks hiks.

Dia pandangi tulisan itu kembali. Dia renungi isi sms itu.
Dia teringat ibu dan bapak ...
Semakin deras 'aliran air sungai' itu ...
Pemuda itu pun berjanji dalam hatinya, dia berkata dengan mantap:

"Mama, bapak, aku pasti lulus tahun ini. Aku pasti segera kembali ke pangkuan kalian. Aku pasti belajar dan menghapal."

Suara sesegukan terdengar di malam yang sunyi.

Dia memutuskan untuk berhenti nge-browsing, berhenti ngebuka facebook ...

Suara adzan Subuh pun terdengar sayup dari kejauhan.

"As-Sholatu khoirum minannauum."

Adab Sebelum Makan

Siang hari itu terasa sejuk.

Di belakang pekarangan rumah sebuah pohon besar menjulang tinggi ke langit.

Terlihat meja makan berwarna coklat terbuat dari kayu. di atasnya terdapat nasi goreng di dalam bakul, ayam goreng, mie goreng, dan sambal tomat, serta piring-piring putih.

Aisha dan mama duduk di antara meja makan tersebut.

Aisha tersenyum gembira, karena segera memakan makanan kesukaannya.

Aisha hendak menyomot ayam goreng.

"Aisha, cuci tangan dulu, sayang." Mama melarang dengan meletakkan jari telunjuk di antara dua bibir.

"Kenapa ga boleh, mama?" Aisha tidak mengerti.

"Sayang, sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu." Ujar mama dengan kasih sayang.

"Tangan Aisha kan bersih, ma." Aisha meyakinkan.

"Agar lebih bersih, tangan dibasuh sebelum makan yah." Mama menjawab dengan sabar.

"Iya, mama." Ujar Aisha sambil berlari ke kamar mandi untuk membasuh tangannya.

Setelah membasuh tangan, Aisha kembali ke halaman rumah.

Aisha berlari memperlihatkan kedua tangannya yang basah ke mama.

Mama tersenyum.

Aisha dan mama duduk di atas kursi.

"Bismillahirrahmanirrahim." aisha dan mama membaca doa makan secara bersama-sama dengan mengangkat kedua tangan.

Burung-burung berkicau di atas pohon.
Dedaunan melambai menyambut Aisha.
Angin sejuk menyelimuti suasana siang itu.

Tawa Kebahagiaan

"Mama, adek udah pulang dari ngaji al-Quran" ujar Aisha dengan senyum mengembang dari bibir mungilnya.

"Anakku sayang, anakku yang cantik." Jawab seorang ibu dengan manja ke anak tercinta. Ibu ini segera menyium pipi kanan dan kiri anaknya.

"Ayo cium tangan ibu dulu, kan Aisha anak solehah." Mama Aisha mengajari adab seorang anak ke orang tua.

Aisha segera menyium tangan mama.

muuuaaaaahh

"iiiih tangan mama kotor." Kata Aisha bercanda.

"Enggak." Kata mama penasaran sambil mengembus tangannya sendiri.

Mama pun menggelitik pinggang Aisha.

Aisha tertawa geli.

Suara tawa menggema dalam ruangan sebuah rumah sederhana di pinggiran kota metropolitan.

Kisah seorang ibu dan anak yang damai dan bahagia.

Awan biru menjadi penaung. Udara menjadi saksi.

Kebahagiaan itu adalah buah kesolehan dari ibu dan anak.